Aktivitas sosial
masyarakat saat ini tidak terlepas dari adanya transportasi sebagai penghubung
antar tujuan. Menurut ilmu ekonomi, ini dinamakan derived demand yaitu permintaan yang timbul karena adanya
perkembangan aktivitas masyarakat dimana adanya perubahan tata ruang kota yang
menimbulkan jarak geografis antara dua zona, yang dipertemukan oleh
transportasi sebagai suatu sistem. Oleh karena itu, transportasi menjadi
primadona di tengah masyarakat Indonesia. Mengingat jumlah warga Indonesia yang
lebih dari 200 juta, jika seluruhnya menggunakan transportasi, baik umum atau
pribadi tentunya akan menimbulkan masalah baru yaitu kemacetan. Melihat kondisi
tersebut, pemerintah tengah merealisasikan kebutuhan transportasi modern yang
ramah lingkungan yaitu LRT (Light Rail Transit) di ibukota dan Palembang di
bawah naungan PT. Kereta Api Indonesia.
Sekilas Mengenai LRT
LRT (Light
Rail Transit) merupakan
salah satu sistem Kereta Api Penumpang (tipe Kereta Api ringan) yang biasanya
beroperasi dikawasan perkotaan yang memiliki konstruksi ringan dan dapat
berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan khusus, LRT sering juga
disebut dengan tram. LRT (Light Rail Transit) sendiri merupakan moda transportasi
masal yang merupakan bagian dari Mass Rapid Transit (MRT) dengan cakupan
wilayah yang lebih kecil. LRT telah diterapkan di berbagai negara di belahan
dunia, di kawasan (Asia Tenggara) sudah ada Singapur dan Filipina yang telah
menerapkannya. Di Singapur LRT termasuk dalam bagian SMRT (Singapore Mass Rapid
Transit).
LRT yang
sedang dibangun di Bumi Sriwijaya ini merupakan LRT pertama di
Indonesia. Mengapa Palembang? Karena Palembang akan
menjadi tempat perhelatan Asian Games pada tahun 2018 mendatang. Sebagai
tuan rumah, pemerintah mempersiapkan sedemikian rupa karena ini adalah event
internasional yang diadakan empat tahun sekali. Tentunya Indonesia ingin
memberikan hal positif yang dapat disorot oleh mata dunia dan LRT adalah
gagasan yang dinilai sangat baik. LRT berfungsi sebagai
konektivitas utama antara Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Stadion
Jaka Baring yang berjarak 23,5 kilometer.
Anggaran pembiayan proyek tersebut dialokasikan pada APBN 2017 dan 2018 sebesar Rp 11,2 triliun, sedangkan dana Rp 1,2 triliun
diproyeksikan untuk rangkaian gerbong dan lokomotif serta Depo.
Sumber : Channel Youtube Medan Viral
Sekilas Tentang APBN
Bagi pembaca yang belum
mengetahui APBN, APBN adalah Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang telah
diatur dalam UU No 17 tahun 2003 merupakan rencana sistematis antara pendapatan
dan pengeluaran negara yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dilansir dari situs Kementerian Keuangan Republik Indonesia, APBN
tahun 2017 merupakan APBN tahun ketiga bagi Pemerintahan Kabinet Kerja untuk
mewujudkan Nawacita yang menjadi komitmen Pemerintah. Sejak tahun 2015,
Pemerintah fokus memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang diikuti upaya
menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah dengan tetap menjaga
pengelolaan fiskal yang sehat dan berkelanjutan.
Sumber – sumber
pendapatan Negara untuk APBN 2017 sebagai berikut:
1.
Penerimaan Pajak Dalam Negeri
Penerimaan
perpajakan dalam APBN 2017 ditetapkan sebesar Rp1.498,9 triliun atau meningkat
rata-rata sebesar 11,3 persen.
·
Pajak Penghasilan 52,6%
·
Pajak Pertambahan Nilai 33,0%
·
Cukai 10,5%
·
Bea Masuk 33,7%
·
Bea Keluar 0,3%
·
Pajak Bumi Bangunan 17,3%
·
Pajak Lainnya 8,7%
2.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Walaupun penerimaan pajak masih menjadi penyumbang terbesar APBN, namun
PNBP tetap
harus ditingkatkan untuk mendukung optimalisasi Penerimaan Negara secara
keseluruhan
·
Pendapatan SDA 34,8%
·
Pendapatan BLU 37,6%
·
PNBP Lainnya 33,8%
Sumber : Twitter Kementerian Keuangan RI
Tahun 2017: sesuai Pasal
11 ayat (15), Dana Transfer Umum, yaitu sekurang-kurangnya 25% untuk belanja
infrastruktur daerah (UU Nomor 18 Tahun 2016 tentang APBN). Untuk mendukung
pembangunan infrastruktur agar dipastikan daerah dapat mematuhi aturan
pemanfaatan DTU (DBH & DAU) minimal 25% untuk belanja infrastruktur daerah.
Disamping itu, APBN tahun
2017. Target pendapatan negara di dalam APBN 2017 adalah target yang ambisius
namun tetap hati-hati di tengah ketidakpastian perekonomian dunia. Kebijakan
fiskal tetap mampu memberikan stimulus kepada perekonomian domestik tanpa
mengorbankan kredibilitas dan keberlanjutan.
APBN 2017 mengucurkan
dana untuk belanja negara sebesar Rp
2.080,5 triliun yang telah disusun secara lebih realistis, kredibel,
berkualitas dan berkelanjutan sehingga ke depan dapat menjadi instrumen dalam
mengatasi berbagai permasalahan bangsa. Angka yang terbilang cukup fantastis
mengingat penerimaan negara naik sekian persen dibanding tahun lalu. Dana
tersebut kemudian dialokasikan kepada beberapa sektor yang ada pada gambar di
atas.
Sumber : Twitter Kementerian Keuangan RI
Peningkatan belanja negara di dalam APBN 2017
diarahkan pada peningkatan belanja infrastruktur, serta keberpihakan yang jelas
untuk kepentingan masyarakat khususnya kepada masyarakat tidak mampu. Untuk
pengelolaan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama mengingat sarana
infrastruktur di Indonesia masih jauh dari cukup. Perlu ditambah adanya
pembangunan jalan, bandara, jalur perkereta apian, jembatan dan terminal
seperti pencanangan LRT yang akan rampung pada tahun 2018 mendatang. Dalam
mendukung nya, defisit akan dikendalikan pada batas yang aman dengan
memprioritaskan pada berbagai sumber pembiayaan utang yang murah dengan tingkat
risiko terjaga dan komitmen pengeluaran pembiayaan yang mendukung pembangunan
infrastruktur.
Menurut saya, pembangunan
LRT dengan mengalokasikan dana melalui APBN sangat efektif dan efisien. Pembangunan
LRT dapat memberikan dampak positif untuk masyarakat khususnya masyarakat
Palembang agar lebih menggunakan LRT sebagai transportasi utama dibanding
kendaraan pribadi. Selain menghemat bahan bakar minyak, tentunya akan
memberikan kontribusi langsung untuk mengurai kemacetan.
Tentunya, kalian para
pembaca yang tidak bertempat tinggal di Palembang juga menginginkan LRT
terdapat di daerah Anda? Oleh karena itu, sukseskan APBN untuk tahun-tahun
mendatang dengan disiplin membayar kewajiban pajak. Sebab pembayaran pajak
sejatinya adalah dari rakyat untuk rakyat. Sekian.
Referensi : Kementerian Keuangan RI
Sriwijaya Post
Kementerian Perhubungan RI
Referensi : Kementerian Keuangan RI
Sriwijaya Post
Kementerian Perhubungan RI
2 komentar:
nice article..btw, sedang dibangun di DKI bukankah LRT juga?berarti bukan yang pertama, dong?
Setahu saya berdasarkan yang ada dlm berita, LRT di Palembang ini lah yang pertama kali dibuat di Indonesia menggunakan biaya APBN. Sedangkan yang di DKI Jakarta adalah MRT, dengan menggunakan APBD. Terima Kasih atas pertanyaannya
Posting Komentar