Sebelumnya tidak pernah terbesit dibayanganku, aku akan
melewati fase berat seperti ini dalam hidupku. Membayangkan saja tidak sanggup
apalagi sampai harus terjadi. Namun, Allah mungkin saja memberikan kejadian ini
tentu saja agar hamba-Nya beribadah lebih baik lagi.
Bapak.
Aku memanggil ayahku dengan sebutan Bapak. Bapak terkesan cuek secara perlakuan
terhadap anak-anaknya tetapi sebenarnya dalam hatinya Bapak paling khawatir
terhadap kita semua. Bapak tidak seperti ayah lain pada umumnya yang selalu
mengimami sholat setiap waktu, karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Terkadang, Bapak suka memarahi kita dengan suara keras kalau keinginannya tidak
kita turuti. Bapak ialah perokok berat yang mungkin saja menghabiskan 5 bungkus
rokok sehari dan pecinta berat ikan arwana. Bapak selalu memaksakan keinginan
anak-anaknya, selalu mengutamakan anak-anaknya dan setiap hari selalu menciumi
anak-anaknya menjelang tidur.
Namun,
sudah hampir 8 bulan ini kita “kehilangan” sosok Bapak yang sudah
kudeskripsikan di atas. Bapak mengalami kecelakaan sejak 2 Maret 2015 lalu,
yang menyebabkan syarafnya terbentur ringan sehingga memori ingatannya sedikit
terganggu. Tetapi alhamdulillahnya kalau sama keluarga tetap ingat. Dan engsel
kakinya tergeser sehingga sampai saat ini belum bisa kembali berjalan. Sudah 8
bulan ini berbagai alternatif pengobatan kami coba, tetapi mereka selalu
mengutamakan bagian kaki, padahal kalau secara medis, seharusnya bagian otak
dulu yang “dibenahi” agar Bapak mudah menerima perintah dan mengikuti seperti
orang normal.
Dalam 8
bulan terakhir ini, Bapak telah mengalami 2 fase. Kata Dokter, fase gelisah dan
fase diam. Di fase gelisah ini, kami sekeluarga benar – benar kewalahan
dibuatnya. Bapak selalu teriak – teriak mungkin karena efek sakit terhadap
ingatan di kepalanya, yang berangsur-angsur setiap malam. Jadi kami sekeluarga
bergantian menjaga Bapak. Dan perkataannya selalu ngaco dari apa yang ditanyakan. Mungkin karena belum nyambung
dikarenakan tidak sadar selama 4 hari waktu di rumah sakit. Kami sekeluarga
mencoba sabar, karena sebaik-baiknya lading amal adalah merawat orang sakit,
apalagi yang dirawat itu orang tua sendiri.
Tetapi
sudah 3 bulan terakhir ini, Bapak telah memasuki fase diam. Jadi, benar-benar seperti
bayi yang tidak tahu apa-apa, diajak bicara juga diam saja. Kami jadi rindu
masa – masa bawelnya Bapak ketika fase gelisah, tapi tidak plus
ngamuk-ngamuknya ya. Setidaknya, Bapak bisa diajak bicara walau melenceng dari
apa yang dibicarakan. Sekarang, Bapak makannya bubur karena kemampuan
mengunyahnya semakin berkurang. Kata Dokter yang sekarang, Bapak perlu latihan
bergerak dan diajak bicara agar lebih terasah lagi. Seperti kita mengajari anak
kecil, pasti lama kelamaan jadi bisa kan? Nah, begitu juga Bapak.
Rasanya,
ingin aku kembali pada hari sebelum Bapak kecelakaan agar mencegah Bapak pergi
ke rumah kakaknya atau Pakde-ku. Namun, takdir tetaplah takdir. Ketetapan Allah
jauh lebih baik dari rencana umat-Nya. Semoga Allah memberikan hikmah besar
bagi kami sekeluarga terutama kepada Bapak, agar sikapnya jauh lebih baik lagi
setelah kejadian ini.
Aku
mohon doa untuk kesembuhan Bapak ku, agar kondisinya bisa kembali seperti
semula, bisa kembali berkumpul bersama aku, Ibu dan adik-adikku, bisa beraktifitas
kembali untuk para pembaca sekalian. “Daddy,
someone I will find my prince but you will always be my king.” Cepat
sembuh, Bapak-ku tercinta, aku kangen dimarahin Bapak, kangen ditelponin Bapak
kalau lagi pergi, kangen semuanya tentang Bapak. Nanti kalau udah sembuh, Bapak
tenang aja, aku akan selalu sediain kopi panas gulanya 2 sendok, tanpa Bapak
minta kalau habis pulang kerja. Makanya, cepet sembuh ya Pak. I really miss you
a lot.